Sidrap, SHR - Masih rendahnya tingkat literasi di Indonesia, akan sangat berpengaruh terhadap masa depan Indonesia, terutama dalam mempersiapkan sumber daya manusia. Seluruh pihak dibutuhkan untuk terlibat dalam gerakan literasi ini. Salah satu pihak yang sangat strategis mendukung gerakan literasi di Indonesia adalah tentara. “Tentara di daerah memiliki peran dan posisi strategis dalam gerakan literasi, karena tugas utama dari Babinsa (Bintara Pembina Desa) sangat selaras dengan gerakan literasi yaitu membina desa.
Dengan ikut gerakan literasi, Babinsa bisa turut serta dalam membina pembentukan karakter, mengembangkan ketrampilan dan menambah wawasan masyarakat desa. Babinsa di tingkat desa memiliki banyak pengaruh dan sangat strategis berperan sebagai petugas penggerak literasi desa,”ujar Dandim 1420/Sidrap Letkol Inf Hendi Ahmad Pribadi, S.IP, saat ditemui oleh Tim USAID PRIORITAS di markasnya di Sidrap (30 November 2016).
Selama ini Kodim 1420 Sidrap, untuk mensukseskan gerakan budaya baca di Kabupaten Sidrap, telah menjalankan 7 motor gerobak perpustakaan keliling. Masing-masing motor berisi 80 buku dan dibawa dua kali seminggu oleh Babinsa ke desa-desa terpencil di Sidrap Sulawesi Selatan. Setiap berkunjung ke satu desa, motor tersebut berhenti sekitar dua jam untuk melayani anak-anak dan warga desa yang lainnya yang ingin membaca. Kodim juga berencana mendirikan dua taman baca masyarakat di Sidrap.
“Tentara memiliki pengaruh dan hubungan yang baik dengan kepala desa. Sehingga ketika kami bilang, kami akan datang dengan motor baca, kepala desa dan tokoh masyarakat langsung mengajak masyarakat terutama anak-anak untuk datang ke rumah atau di tempat ditentukan untuk membaca. Seandainya yang mengajak bukan tentara, belum tentu masyarakat mau datang,” ujarnya.
Masyarakat tertarik karena selama ini tentara biasa terstigma sebagai pemegang bedil, keras, dan penuh disiplin namun tiba-tiba datang menawarkan buku dengan ramah. Bahkan kadang membacakan dan menceritakan isi buku pada anak-anak. “Dalam program pemberdayaan desa, program budaya baca ini sangat efektif menjembatani dan semakin mendekatkan kami dengan masyarakat,” ujarnya.
Program budaya baca, menurutnya, juga sangat penting sebagai salah satu strategi pertahanan masyarakat dalam skala desa. “Bahaya yang tak disadari sekarang itu datang dari gadget dan narkoba. Di daerah-daerah yang produktif dan berpotensi untuk tumbuh ekonominya, seperti di desa-desa di Sidrap ini seringkali potensi ancaman muncul dari kedua entitas tersebut. Gagdet membuat anak-anak terlena, sibuk dengan game dan membuat potensinya tak berkembang. Narkoba membuat orang-orang yang sudah kayapun bisa jatuh miskin. Hal ini membuat suatu daerah yang awalnya berpotensi maju, bisa jatuh kembali karena ketidaksiapan sumber daya manusianya. Ini mengingatkan kita akan perang candu yang pernah terjadi di China, mengalahkan suatu bangsa dengan mengenalkan narkoba. Ini harus kita waspadai,” ujarnya.
Program budaya baca, menurutnya, secara tidak langsung mengantisipasi hal tersebut. Anak-anak bisa memanfaatkan waktu lebih positif, bertambah ketrampilan dan keilmuan dan sehingga bisa lebih bertahan dari serangan neo kolonialisme saat ini. Masyarakat juga bisa memajukan diri sesuai dengan bacaan yang sesuai kebutuhannya. “Ibu-ibu biasa meminjam buku menjahit, masak, dan buku ketrampilan lainnya,” ujarnya.
Menurut Asmawati, Koordinator USAID PRIORITAS di Sidrap yang telah banyak mengasistensi gerakan budaya baca Sidrap, gerakan budaya baca di Sidrap sangat terbantu dengan terjunnya Kodim Sidrap. “Selama ini gerakan budaya baca lebih banyak terkonsentrasi di sekolah. Kodim telah mengisi kekosongan gerakan di luar sekolah,” ujarnya. Dia berharap bahwa gerakan Kodim di Sidrap ini bisa menginspirasi semua Kodim di seluruh kabupaten lain. “Tetap selaras dengan tupoksinya, mereka bisa menjadi ujung tombak yang sangat strategis dalam menggerakkan budaya baca di Indonesia,’ ujarnya. (Rel)
Dengan ikut gerakan literasi, Babinsa bisa turut serta dalam membina pembentukan karakter, mengembangkan ketrampilan dan menambah wawasan masyarakat desa. Babinsa di tingkat desa memiliki banyak pengaruh dan sangat strategis berperan sebagai petugas penggerak literasi desa,”ujar Dandim 1420/Sidrap Letkol Inf Hendi Ahmad Pribadi, S.IP, saat ditemui oleh Tim USAID PRIORITAS di markasnya di Sidrap (30 November 2016).
Selama ini Kodim 1420 Sidrap, untuk mensukseskan gerakan budaya baca di Kabupaten Sidrap, telah menjalankan 7 motor gerobak perpustakaan keliling. Masing-masing motor berisi 80 buku dan dibawa dua kali seminggu oleh Babinsa ke desa-desa terpencil di Sidrap Sulawesi Selatan. Setiap berkunjung ke satu desa, motor tersebut berhenti sekitar dua jam untuk melayani anak-anak dan warga desa yang lainnya yang ingin membaca. Kodim juga berencana mendirikan dua taman baca masyarakat di Sidrap.
“Tentara memiliki pengaruh dan hubungan yang baik dengan kepala desa. Sehingga ketika kami bilang, kami akan datang dengan motor baca, kepala desa dan tokoh masyarakat langsung mengajak masyarakat terutama anak-anak untuk datang ke rumah atau di tempat ditentukan untuk membaca. Seandainya yang mengajak bukan tentara, belum tentu masyarakat mau datang,” ujarnya.
Masyarakat tertarik karena selama ini tentara biasa terstigma sebagai pemegang bedil, keras, dan penuh disiplin namun tiba-tiba datang menawarkan buku dengan ramah. Bahkan kadang membacakan dan menceritakan isi buku pada anak-anak. “Dalam program pemberdayaan desa, program budaya baca ini sangat efektif menjembatani dan semakin mendekatkan kami dengan masyarakat,” ujarnya.
Program budaya baca, menurutnya, juga sangat penting sebagai salah satu strategi pertahanan masyarakat dalam skala desa. “Bahaya yang tak disadari sekarang itu datang dari gadget dan narkoba. Di daerah-daerah yang produktif dan berpotensi untuk tumbuh ekonominya, seperti di desa-desa di Sidrap ini seringkali potensi ancaman muncul dari kedua entitas tersebut. Gagdet membuat anak-anak terlena, sibuk dengan game dan membuat potensinya tak berkembang. Narkoba membuat orang-orang yang sudah kayapun bisa jatuh miskin. Hal ini membuat suatu daerah yang awalnya berpotensi maju, bisa jatuh kembali karena ketidaksiapan sumber daya manusianya. Ini mengingatkan kita akan perang candu yang pernah terjadi di China, mengalahkan suatu bangsa dengan mengenalkan narkoba. Ini harus kita waspadai,” ujarnya.
Program budaya baca, menurutnya, secara tidak langsung mengantisipasi hal tersebut. Anak-anak bisa memanfaatkan waktu lebih positif, bertambah ketrampilan dan keilmuan dan sehingga bisa lebih bertahan dari serangan neo kolonialisme saat ini. Masyarakat juga bisa memajukan diri sesuai dengan bacaan yang sesuai kebutuhannya. “Ibu-ibu biasa meminjam buku menjahit, masak, dan buku ketrampilan lainnya,” ujarnya.
Menurut Asmawati, Koordinator USAID PRIORITAS di Sidrap yang telah banyak mengasistensi gerakan budaya baca Sidrap, gerakan budaya baca di Sidrap sangat terbantu dengan terjunnya Kodim Sidrap. “Selama ini gerakan budaya baca lebih banyak terkonsentrasi di sekolah. Kodim telah mengisi kekosongan gerakan di luar sekolah,” ujarnya. Dia berharap bahwa gerakan Kodim di Sidrap ini bisa menginspirasi semua Kodim di seluruh kabupaten lain. “Tetap selaras dengan tupoksinya, mereka bisa menjadi ujung tombak yang sangat strategis dalam menggerakkan budaya baca di Indonesia,’ ujarnya. (Rel)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.