Penulis Rafi Assamar Ahmad
Sebelum kita beranjak dewasa, ada masa-masa
ketika semua orang pernah mengalaminya. Yakni: masa-masa balita, bayi,
remaja, dewasa, bahkan lansia semua itu dialami oleh semua orang.
Peristiwa di masa kecil akan selalu teringat hingga
dewasa. Kita pasti mengingat saat ibu guru atau bapak guru bertanya mengenai
cita-cita kalian di sekolah. “Ade-ade yang manis kalau udah gede mau jadi apa
?” pasti di antara kita ada yang menjawab: ingin jadi dokter, pianis ,
masinis, pilot, tentara bahkan presiden.
Namun apakah ada seorang anak kecil yang bercita-cita
menjadi seorang Nabi ? Saya rasa tidak ada dan tidak akan pernah ada
sepertinya. Para Nabi terdahulu termasuk Hz. Mirza Ghulam Ahmad yang mendapat gelar Krishna (bagi kaum hindu)
dan Masih Mau’ud (bagi kaum Kristen dan islam) (1) pernah merasakan masa
kanak-kanak sama seperti kita.
Namun apakah beliau as yakni Hz. Mirza Ghulam
Amad bercita-cita menjadi seorang nabi sejak masih kecil ? Tuan Syek Yaqub Ali
pengarang riwayat hidup Hz.Mirza Ghulam Ahmad menceritakan suatu kejadian yang
amat menarik.
Ketika kecil, Ahmad sering mengatakan kepada seorang anak
perempuan yang seumur dengan beliau as. “Doakanlah, supaya Allah memberi taufik
kepada saya untuk shalat.”(2) Perkataan ini menyatakan betapa perasaan suci bergelora
dalam sanubari beliau ketika masih
kanak-kanak dan segala keinginan serta cita-cita beliau as hanya ditujukan
kepada allah ta’ala semata.
Kejujuran menjadi modal utama seorang nabi, nabi kita
tercinta Hz. Rasulullah SAW terkenal dengan kejujurannya hingga penduduk Mekkah
kala itu memberikan gelar kepada beliau SAW Al-Amin yakni seorang yang dapat dipercaya. Hz. Mirza Gulam
Ahmad juga seorang yang jujur. Dalam suatu riwayat, pada suatu hari
beliau as keluar menghirup udara segar ke bagian utara Qadian, di jalan
nampak ada satu dahan pohon beri begitu rendah hampir menyentuh ke tanah dan
sedang berbuah.
Seorang sahabat melihat sebutir buah beri yang
matang nan-bersih itu tergeletak di bawah pohon beri tersebut. Dia bermaksud
hendak memungutnya kemudian memakan buah beri tersebut. Perilaku itu terlihat
oleh beliau lalu beliau bersabda : “beri
itu jangan dimakan, letakan kembali ke tempatnya semula, tidak baik memakannya
tanpa izin yang empunya.”(3)
Dari pristiwa ini kita mempunyai gambaran, tidak mungkin
Allah Ta’ala memilih Mirza Gulam Ahmad sebagai nabi jika beliau seorang
pendusta dan seorang yang tidak menunaikan shalat. Pasti Allah Ta’ala akan
memilih orang lain yang dapat dipercaya untuk menjadi seorang nabi dan akan
memotong urat nadi jantungnya bagi seorang pendusta yang mengaku sebagai
utusan allah ta’ala.
Kalaupun ada yang berkeinginan menjadi seorang nabi
mustahil Allah Ta’ala akan mengabulkannya karena gelar kenabian hanya akan
didapatkan oleh seorang yang patuh kepada Allah Ta’ala dan rasulnya. Jadi gelar
kenabian yang didapatkan oleh Mirza Ghulam Ahmad tidak diperoleh di sekolah maupun di
universitas manapun di dunia.
Berkat kepatuhan kepada rasulullah S.A.W lah beliau
mendapatkan derajat sebagai orang yang dikasihi dan diridhoi allah swt serta
menjadi salah seorang sahabatnya, tidak mungkin dicapai tanpa kepatuhan kepada
Hz. Rasulullah SAW.
Ahmad (Masih
Mau’ud as) sangat cinta sekali kepada Rasulullah SAW. Pada suatu kali ada
seorang pendeta Hindu yang suka mencaci-maki Rasululluh SAW memberi salam
kepada beliau , tetapi beliau as membuang muka. Kemudian seorang pendeta
Hindu itu memberi salam sekali lagi, tetapi pada kali itu juga beliau as
mengacuhkannya.
Setelah seorang sahabat memberitahukan kepada beliau,
bahwa Lekhram memberi salam kepada beliau. maka beliau as menjawab dengan
tegas dia suka mencaci-maki penghulu kami (Nabi Muhammad SAW) bagaimana kami
mau menjawab salamnya. (4)
Beliau melanjutkan :” Aku mengatakan sesungguhnya bahwa
masih mungkin bagi kami untuk berdamai dengan ular atau binatang liar di hutan,
namun mustahil bagi kami untuk disuruh berdamai dengan orang-orang yang tidak
menahan diri dari memburuk-burukan Rasul Allah dan menganggap caci maki dan
memburuk-burukan orang lain sebagi suatu bentuk kemenangan, kemenangan haqiqi
hanya datang dari langit.”(5)
Mirza Ghulam Ahmad mengakui bahwa hasil dari mengikuti
jejak langkah Rasulullah SAW. Khususnya yang berkaitan dengan kasih, hormat,
dan kepatuhan kepada beliau SAW adalah yang bersangkutan akan menjadi kekasih
Allah Ta’ala ketika dosa-dosanya akan diampuni.
Jika ia telah menelan racun dosa maka itu akan dijadikan
tidak berdaya karena vaksin kasih dan kepatuhan. Sebagaimana
seseorang dapat disembuhkan dari suatu penyakit dengan menggunakan obat, begitu
juga seorang pendosa dapat disembuhkan dari dosa-dosanya.
Seperti sinar yang mengusir kegelapan dan sebuah vaksin
antidotal bisa memusnahkan efek dari racun, Begitu juga kasih dan
kepatuhan murni akan menimbulkan efek yang sama. Serupa api yang membakar
langsung maka perbuatan baik bagi manifestasi keagungan tindakan tuhan akan
menyerupai api yang membakar dosa. Jika seseorang beriman sepenuhnya kepada
Rasulullah saw dan mengakui kebenaran beliau SAW, mematuhinya dengan rajin,
kasih dan kepatuhan, sedemikian rupa sehingga ia mencapai taraf fana, maka
akibat dari hubungannya yang dekat kepada Rasulullah SAW akan ikut menikmati
nur ilahi yang telah turun di atas beliau SAW.
Sebagaimana nur dan kegelapan saling bersebrangan,
kegelapan batinnya akan pupus sehingga tidak ada lagi yang tersisa. Ia akan
dikuatkan oleh nur kecintaan Allah SWT akan mengalir keluar dari seluruh
anggota tubuhnya.
Kegelapan di dalam dirinya akan sirna sama sekali dan ia
akan menikmati pencerahan dalam akal maupun dalam perilaku sedemikian rupa
sehingga seluruh kegelapan dosa akan meninggalkan batinnya. Jelas bahwa
kegelapan dan cahaya tidaka dapat eksis di satu tempat seperti itu jugalah nur
keimanan dan kegelapan dosa tidak mungkin berada di dalam satu tempat.(6)
Percaya atau tidak percaya, Hz Mirza Ghulam Ahmas telah membuktikannya dan amat disayangkan jika
masih ada yang mengatakan bahwa Hz Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi palsu
sehingga tidak mau beriman kepada beliau as.
Apa yang menyebabkan tuan-tuan tidak mau menerima beliau sebagai Imam Mahdi & Masih Mau’ud as dan
Krishna padahal Hz Mirza Ghulam Ahmad telah memberikan suatu pernyataan yakni “jika
laki-laki kamu dan perempuan-perempuan kamu, orang muda kamu dan orang-orang
tua kamu, semuanya berkumpul berdoa untuk kebinasaan saya, sehingga karena
lamanya bersujud, hancurlah hidungmu dan kaku tanganmu, Tuhan tetap tidak akan
menerima doamu itu dan Tuhan tidak akan berhenti sebelum disempurnakannya
pekerjaannya. Dan jika sekiranya di antara manusia seorangpun tidak ada yang
mengikuti saya, maka malaikat Allah lah akan bersama saya.” (7)
Sumber :
- Tazkirah hal. 351 ( pidato Sialkot, hal 33; ruhani khazain, vol. 20 hal. 228)
- Sejarah (tarikh-o-sirat) Hz. Mirza Ghulam Ahmad hal.4
- Jalan menuju keimanan hal.
- Jalan menuju keimana hal.
- Rasulullah saw menrut Hz. Mirza Gulam Ahmad hal.
- Rasulullah saw menurut Hz. Mirza Ghulam Ahmad hal.
- Kebenaran al-masih akhir zaman hal. 10
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.