Jakarta,SHR – Direktur Setara Institute Hendardi ikut menyoroti mutasi yang terjadi di jajaran perwira tinggi (pati) TNI. Menurut dia, mutasi itu seharusnya tidak “urut kacang”.
“Saya kira, Panglima TNI mesti lebih berani dan progresif dalam melakukan pergantian dan mutasi jabatan, termasuk dengan lompatan angkatan berdasarkan prestasi. Itu penting untuk perubahan yang lebih cepat di TNI. Jadi, tidak sekadar mengulang standar lama dan urut kacang,” ujar Hendardi dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Kamis (2/8).
Dikatakan, praktik “koncoisme” atau pengangkatan jabatan berdasarkan pertemanan sudah seharusnya ditinggalkan jauh-jauh. “Setiap zaman mempunyai anak-anaknya sendiri. Di Kepolisian, perubahan tampak sudah lebih berani dilakukan. Secara bertahap Polri menyerahkan tanggung jawab kepada generasi yang lebih muda dan berprestasi. Seharusnya, TNI juga seperti itu,” kata dia.
Sebelumnya, di kalangan wartawan beredar Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/745/VII/2018 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan dalam Jabatan di Lingkungan TNI. Di dalam surat itu ada 38 pati yang mengalami mutasi. Mereka, antara lain Kapuspen TNI Mayjen M Sabrar Fadhilah yang ditunjuk menjadi Pangdam I/Bukit Barisan (BB).
Lalu, Pangdam I/BB Mayjen Ibnu Triwidodo dimutasi menjadi Staf Ahli Panglima TNI. Pangdam Iskandar Muda Mayjen Abdul Hafil Fuddin juga menjadi staf ahli Panglima TNI. Penggantinya adalah Mayjen Teguh Arief Indratmoko.
Selain itu, Dekan Fakultas Manajemen Pertahanan Universitas Pertahanan (Unhan) Laksda Amarulla Octavian menjadi Komandan Sekolah Staf Komando TNI AL (Danseskoal). Dia menggantikan Laksda Sulistiyanto, yang menggantikan posisi Laksda Oktavian di Unhan.( Bet )
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.