Masyarakat Langkat Mendesak Kapolda Sumut yang Baru IRJEN Pol.Agung Setya Imam Effendi, S.H, S.I.K, M.Si Menangkap Perambah Hutan di Pesisir Laut Langkat

 




Langkat |  (SHR) Tepat nya berlokasi di desa Securai pas didepan halaman pantai Laut Kuala Gebang Perambahan Hutan Mangrove itu dilakukan Secara gila-gilaan Oleh Oknum Pengusaha sampai saat ini masih terjadi, hutan mangrove yang ditebang akan dialih pungsikan menjadi perkebunan Kepala Sawit.





"Saat ini aktivitas mereka merambah dan membakar hutan sudah berhenti diperkirakan hanya untuk berhenti senentara saja ,bila situasai sudah tepat mereka akan beroperasi kembali untuk merubah hutan mangrove menjadi kebun kelapa sawit " ,Begitulah kata warga  disana kepada media ini. Rabu 1 Agustus 2023.




Warga juga menjelaskan  penebangan hutan mangrove ratusan hektar dilakukan pengusaha dan sudah berlangsung lama, kayu bakau yang ditebang langsung dijual kedapur arang oleh pengusaha sebut nya. 




" Setelah kayu bakau ditebang baru lahan dilingkup menggunakan alat berat agar air tidak masuk keareal, selanjut nya baru dilakukan penanaman bibit sawit oleh pengusaha Sebutnya lagi namun sayang . 

"Jangan tanyak dan sebutkan nama saya ya bang kalau mau ditulis sebut saja  komentar dari Hamba Allah" kata warga sembari berlalu dari wartawan . 

Pantauan wartawan di lokasi pada tanggal 15 Juli 2023 terlihat hutan mangrove habis ditebang dan begitu juga dari kejahuan terlihat alat berat sedang membuat paret, agar lahan yang sudah ditebang tidak bisa dimasuki air.

Atas aktivitas alih pungsi ini masayarakat Desa Kwala Gebang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara merasa resah. Kawasan hutan mangrove (bakau) di sana beralih fungsi. Tambak – tambak dan perkebunan sawit, kini terhampar luas menggantikan kelestarian tanaman Ryzophora di pesisir pantai Langkat itu.

Akibatnya berdampak buruk terhadap kesimbangan ekosistem di kawasan tersebu yakni meluapnya air pasang laut (banjir rob) di pemukiman warga pun kerap terjadi. Terlrbih lagi  rentan dengan abrasi tanah juga tak lagi dapat dihindari. Yang Lebih.menyedihkanlagi, masyarakat nelayan di sana, kini sulit mendapatkan biota laut untuk memenuhi nafkah keluarga mereka.

Asnawi  ( 50) Salah satu warga Kwala Gebang meyebutkan, ratusan hektar hutan mangrove awalnya beralih fungsi menjadi tambak. Setelah itu, dikelola para mafia untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit.

“Sekarang pemukiman sering mengalami banjir rob dan abrasi tanah. Sering menderita lah kita sebagai masyarakat di Kwala Gebang ini. Karena, kawasan hutan di sini sudah dirusak oleh oknum – oknum yang tidak bertanggungjawab dan mafia tanah” 

Kami mendesak pihak terkait, agar menindak tegas siapa pun oknum yang merusak kawasan hutan mangrove. Jika tidak segera ditindak, dikhawatirkan keseimbangan ekosistem di sana akan hancur.

Kami sudah laporkan ke pihak terkait, kata Asnawi , namun belum juga ada tindakan. Perambahan dan perusakan hutan masih saja terjadi dan laporan masyarakat terkesan diam di tempat.

Pada kesempatan yang sama, tokoh adat dan masyarakat lainnya juga menyampaikan keberatannya. Warga mengumpulkan tanda tangan, untuk menyatakan sikap menolak perambahan hutan di desa mereka diami.

Kami menolak dan menentang aktivitas perambahan yang merusak hutan mangrove. Seperti yang kita lihat sekarang, hutan kami berubah menjadi kebun sawit. Air laut pun melimpah ke desa kami,” ketus Tokoh Adat Kwala Gebang Abdullah Atan.

Saat ini, sambung Atan, penghasilan nelayan di sana turun drastis. Nelayan – nelayan tradisional sulit untuk mencari tangkapan sebagai sumber mata pencarian mereka.

Menanggapi hal ini ketika dipinta pendapatnya, Ketua Pengurus Daerah Lembaga Konservasi Lingkungan Hidup  ( PD-LKLH )Kab Langkat  Zulham Efendi  rnenggutuk keras perbuatan kejahatan melanggar hukum

Pengerusakan hutan mangrove alih Fungsi menjadi kebun kelapa sama zulham Efendi meminta 

kepada Presiden Joko Widodo, agar memerintahkan kepada Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo, untuk menindak tegas  dan menangkap habis seluruh pelaku, pengusaha, dan oknum - oknum yang terlibat didalam hal ini.

"Penjahat hutan sebenarnya bukanlah para ibu bapak Rumah Tangga Miskin ( RTM) yang  mempunyai dapur arang  seperti  yang Lubuk Kertang, Kel. Bangkalan Batu Berandat Barat  , Langkat Sumatera , akan tetapi para pengusaha , simata sipit yang sudah bekerja  sama dengan penjilat, penjual negeri oleh Oknum oknum yang memperkaya diri mengalih fungsikan hutan mangrove menjadi kebun kelapa sawit .

"Maka untuk itu kepada pak jokowi, kapolri, dan bapak kapolda Sumatera Utara IRJEN Pol.Agung Setya Imam Effendi, S.H, S.I.K, M.Si  segera turun dan lihat langsung ke Langkat bagaimana rusaknya sudah hutan yang dikatakan paru- paru dunia itu".

"Jangan  ada tawar menawar lagi, masyarakat  menolak keras perambahan dan perusakan hutan di Langkat dan mendesak aparat penegak hukum (APH) dan pihak terkait untuk segera bertindak supaya hutan mangrove Langkat dapat dilestarikan dan diselamatkan"

Saat ditemui waratan (31/07/2023) Ka.Seksi Perlindungan Hutan Dan Pemberdayaan Masyarakat. Tanta PA, S.Hut, M.Si diruang Dinas Kehutanan Kab. Langkat tidak berada ditempat dihubungi melalui ponsel HP tidak aktif saat ditanya pada salah satu pegawai menjawab Pak Tanta lagi keluar.(Tim)

Share on Google Plus

About swarahatirakyat

Media Online
www.SwaraHatiRakyat.Com
"Menyuarakan Hati untuk Kebenaran"
Telp.Redaksi : 0813-9764-0276

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.